Setelah sekian lama saya vakum dari dunia perBloggingan karena alasan kesibukan alasan aja loh yaaaaaa...... sebenarnya ya karena belom serius aja kalo disuruh ngeblog hahaha....
Dan kini akhirnya terpanggil lagi jiwaku untuk berbagi inforrmasi di sekitar kita, cieehhh.. koyo wong tenan wae . . . (jrene konco2 jaman biyen). Yaps jadi Baper lagi kan???
Okee langsung aja ke topik, Kemaren hari minggu tepatnya 28 September 2015 kupaksakan pulang meskipun tanggal 24-25 juga di rumah karena merayakan Idul Adha (Padahal ya gak ikut Qurban xixixi..), hari itu kusempatkan pulang karena sebenarnya sudah kujadwalkan untuk pijat tradisional, maklum udah berumur, jadi kalo pegel-pegel pengen dipijat (alasan malas olahraga).
Yaps tentunya sebelum-sebelumnya sudah ku kumpulkan segala informasi lokasi dukun pijat yang cocok, dan kerabat-kerabat menyarankan untuk ke Mbah Warah Tapelan , Sembung (Bilangnya orang-orang sih gitu, gak ngerti juga nama lengkapnya lupa gak nanya KTP). Oke habis subuh langsung siap-siap, langsung mencari dimana keberadaanya beliau, yang katanya ramai sekali bahkan harus mengantri puaaannjaang buat minta dipijit Mbah Warah,
Tepat jam 05.30 WIB berangkat pamitan ma ibu tersayang pastinya (Anak Mama Gitu lo, ya ialah masak papa beranak). akhirnya aku putusin buat lewat desa wirun yang katanya lebih deket, daaaaannn masih juga aku kebablas sampai Saringembat akhirnya puter balik lagi (Tanya Orang pastinya), oke aku dikasih rute buat belok ke arah selatan masuk ke desa Sembung, teruuussss saya telusuri sambil sesekali bertanya pada penduduk, yang masih ramah-ramah, maklum Orang Indonesia kan semuanya ramah-ramah, dan akhirnya saya temui sebuah rumah tua yang lumayan bersih disebelahnya ada warung dan musholla kecil, saya masuk dan tanya kesitu untuk memastikan aja meskipun yakin kalau iya, saya tanya pada orang yang mengantri "niki griyane mbah warah leres lek" , beliau menjawab: "iya mas, ngantri ya", dalam pikiran saya: " iya lah pak , gak mungkin lah saya nyerobot, Orang Indonesia Lo ".
Nah setelah sekian menit saya menunggu akhirnya giliranku , dan akuun masuk, disana kudapati seorang nenek yang cukup sepuh mungkin sekitar usian 80-an lebih lah, diatas dipan, dengan ramah beliau mempersilahkan saya , saya bilang " badhe pijit mbah, bakdo kesleo", beliau bilang "Mongo nak", singkat cerita sambil dipijat mulailah beliau ngobrol-ngobrol kalau beliau ini sebenarnya masih keturunan Raden Mas Karebet atau kita mengenalnya dengan sebutan Joko Tingkir (Raja Pajang) , saya tanya sejak kapan beliau hidup disini , katanya sejak lahir di Sembung, hanya orang tuanya asli solo, masih keturunan keraton,
dari bicaranya sih saya menilai beliau cukup religius dengan melihat beliaulah yang membuat musholla pertama di kampungnya, dan yang yang pertrama kalinya membuat pasar Sembung, beliau juga cerita kalau tamunya bukan hanya orang sekitar saja melainkan dari Surabaya dan kota lain, beliau juga cerita tentang desa Koro Merakurak dan Singgahan katanya berkaitan erat dengan dibangunnya masjid Agung Demak oleh wali songo, yang katanya kebanyakan kayu bangunannya diambilkan dari hutan singgahan (Kecamatan kesayanganku, hehehe) dan ternyata tiang penyokongnya kurang 2 makanya di daerah merak urak dinamakan Koro yang artinya Sokone Kurang Loro, selain itu juga diceritakan kisahnya Mbah Jabar, Waliyullah yang makamnya di atas Air terjun Nglirip Singgahan, ternyata masih ada hubungan kekerabatan dengan beliau, sampai cerita meninggalnya Mbah jabar dan Gurunya Mbah
singkat ceritaku hari ini, mungkin lain kali kusambung lagi,
maaf masih belepotan , maklum lama bingit gak nyusun kata-kata, jadinya agak bingung,hehehehe